English French German Italian Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 18 Mei 2010

EMAS SEBAGAI PENANGKAL INFLASI


Apa motif Anda berinvestasi? Pertanyaan ini memang terdengar sederhana. Jawabannya pun tidak terlalu rumit. Sebagian besar dari kita bisa menjawabnya dengan, misalnya, untuk melipatgandakan kekayaan. Sebagian lain bisa menyodorkan jawaban untuk menghasilkan uang guna membiayai hidup.

Apa pun motivasi kita berinvestasi, tampaknya ada benang merah yang menghubungkannya. Yaitu, hasrat memutar dana yang ada agar sang fulus tidak diam menganggur. Lho, bukankah berinvestasi tidak menjamin duit pasti beranak-pinak. Kalau salah langkah, jumlahnya malah menyusut bahkan amblas dihajar rugi. Kalau sudah begitu, bukannya untung tapi buntung yang menghampiri.

Memang benar, duit yang tidur memang tidak akan berkurang jumlahnya (kecuali, tentu saja, dicuri atau tindak kriminal lain). Tapi coba perhatikan dengan baik, sejatinya nilai uang itu sudah berkurang. Tidak percaya? Di awal tahun, dengan uang Rp 1 juta, misalnya, Anda bisa mencukupi kebutuhan belanja dapur bulanan. Tapi di akhir tahun, hanya bermodal jumlah yang sama, jumlah dan item belanjaan dapur yang bisa dibeli pasti sudah berkurang. Benar, kan?

Kalau begitu, gerangan apakah yang terjadi? 'Setan jahat' mana yang menggerogoti nilai tukar uang kita? Makhluk tak tampak yang Anda cari-cari itu bernama inflasi. Ya, inflasilah yang menjadi hantu penggerogot nilai tukar uang. So, untuk menaklukkannya Anda harus memutar uang. Anda harus berinvestasi.


Anti inflasi

Ada beragam pilihan investasi yang bisa dilakoni. Mau sektor riil, ada buka warung, buka pabrik, sampai membangun mal atau hotel megah. Kalau kepincut sektor finansial, Anda boleh mencicipi berbagai paper asset. Mulai dari saham, obligasi, reksadana, futures trading alias perdagangan berjangka, exchange traded fund (ETF), option, dan lainnya.

Eit, masih ada, lho, satu instrumen lain yang tidak kalah yahud return-nya. Ia adalah emas. Bahkan, investasi yang satu ini bisa disebut paling oke untuk menghadapi hantu inflasi. Rentetan fakta membuktikan emas adalah produk investasi yang bisa menangkal inflasi. Sepanjang sejarah terbukti emas akan diborong orang saat terjadi kepanikan yang bisa membahayakan ekonomi negara. Sebut saja perang, krisis keuangan, dan ya itu tadi, inflasi tinggi.


Ketika Cina diserbu Jepang pada masa Perang Dunia, rakyat Cina panik dan mereka berbondong-bondong menyerbu emas. Akibatnya, harga emas naik luar biasa. Di Indonesia, pada saat terjadi pasar-pasar swalayan dilanda rush kebutuhan pokok, harga emas juga langsung melonjak. Hanya dalam tempo satu dua hari saja, harga emas langsung naik kurang lebih sebanyak 1,5 kali lipat atau 150%. Kendati fluktuatif, harga emas cenderung naik terus waktu itu. Sebelum krisis, tepatnya pada 1993an, harga emas 24 karat sekitar Rp 24.000. Namun pada 1998 harganya melonjak sangat tinggi, mencapai Rp 140.000/gram. Menjelang akhir 2007, harga emas sudah tembus Rp 200.000/gram. Jadi, makin tinggi inflasi, makin ciamik juga return dari investasi emas.

Tuh kan, inflasi lagi. Jadi, sejatinya apakah inflasi itu. Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Jika diasumsikan inflasi 15% per tahun, maka harga barang dan jasa yang kini bernilai Rp 5 juta, akan menjadi Rp 10,06 juta atau dua kali lipat pada tahun ke-6. Pada tahun ke-9, nilainya menjadi Rp 15,3 juta atau tiga kali lipat. Begitu seterusnya. Begitu jahatnya inflasi, sehingga semua pemerintahan berusaha menekan hingga mencapai level tertentu yang dianggap aman.

Para ekonom membagi inflasi dalam tiga kategori. Pertama, inflasi moderat. Yaitu bila laju inflasi berada di bawah dua digit alias kurang dari 10% per tahun. Kedua, inflasi super. Yaitu jika laju inflasi berada pada dua digit per tahun (10%-99%). Ketiga, inflasi hiper. Suatu negara disebut mengalami hyper inflation, bila laju inflasi menembus tiga digit per tahun alias 100% atau lebih. Di masa Orde Lama, Indonesia pernah mengalami inflasi hingga 600an%. Dahsyat, ya?



Untung karena inflasi

Tadi telah disebut emas bisa menjadi alternatif investasi yang bersifat kebal terhadap inflasi. Tapi tahukah Anda, bahwa emas bukan hanya anti inflasi, ia bahkan juga sahabat inflasi? Pasalnya, makin tinggi inflasi yang terjadi di suatu negara, makin tinggi pula return yang dihasilkan dari emas.

Fakta membuktikan, bila terjadi inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi daripada inflasi. Semakin tinggi inflasi, semakin tinggi kenaikan harga emas. Statistik menunjukkan bahwa bila inflasi mencapai 10%, maka emas akan naik 13%. Hebatnya lagi, laju kenaikan harga emas tidak linear dengan inflasi. Harga emas cenderung melonjak-lonjak liar. Sementara inflasi lebih suka bergerak perlahan namun pasti. Bila inflasi 20%, maka emas akan naik 30%. Tetapi bila inflasi 100%, maka emas Anda akan naik 200%.

Sampai di sini, apakah angka-angka ini cukup membuat Anda kepincut berinvestasi di emas? Mestinya, iya. Emas terbukti sebagai investasi penangkal inflasi. Semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin baik kenaikan nilai emas yang Anda miliki.

Meski demikian, Anda patut mencermati satu hal. Harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah. Ada juga risiko berinvestasi dalam bentuk emas (biasalah, tidak ada investasi yang tanpa risiko, kan?). Yaitu, harga emas cenderung sedikit turun bila laju inflasi di bawah dua digit. Jadi, emas hanya akan bagus bila terjadi inflasi moderat (dua digit). Akan lebih bagus lagi jika terjadi inflasi hiper alias kalau sudah mampir di tiga digit.


Share/Bookmark
Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 Comments:

Posting Komentar

DAFTAR ARTIKEL

LANGGANAN ARTIKEL

Masukan alamat email anda di sini untuk berlangganan artikel:

Delivered by FeedBurner

 

INFO HARVEST INTERNATIONAL FUTURES Copyright © 2010 LKart Theme is Designed by Lasantha